Bandrek

Jumat, Januari 30, 2009


Malem-malem di Lembang itu paling enak ya pergi ke pasar, makan ketan bakar dan minum bandrek. Dijamin perut kenyang, badan hangat dan mata bersih kembali (jangan mikir macem-macem ya). Itu sih murni idenya Wa-Ong. Makanya si Endank didaulat untuk nganterin ke pasar. Sampe-sampe Manto harus dikorbanin. Manto yang lagi enak-enak tidur di mobil dibangunin Wa-Ong. "Tidur di dalem saja To, di luar banyak macan. Nggak aman" tipu Wa-Ong agar maksudnya nggunain mobil kesampean. Manto yang masih ngantuk percaya saja lagi. Sorry ya Bro, terima kasih atas pengorbananmuhe he

Pasar itu nggak jauh-jauh amat dari penginepan. Itu lho, tempat membeli oleh-oleh kemaren. Nah kalo malem, di pinggir-pinggir jalan itu banyak banget orang yang jualan jagung bakar, ketan bakar, dan tentu saja bandrek. Rame bener itu pasar kalo malem, ayamnya juga banyak.. Ayam Kudus maksudnya...Ayam!

Tadinya, habis makan ketan bakar dan minum bandrek, maunya sih keliling Lembang. Pengen tau, ayam-ayam disono gimana warnanya geto, siapa tahu bisa beli juga. Tapi gara-gara pak haji ikutan, kagak ade seorangpun yang berani ngomongin masalah ayam-ayam itu. Jangankan ngomongin, mikirin saja kagak berani....padahal ada banyak ayam di luaran yang melambai ke mobil si Endank. Pak haji, lain kali kalo acara jalan malem jangan ikutan ya.... ini sih acaranya anak muda, bukan buat pak haji....hhhhhhh!

[+/-] Selengkapnya...

Tanjakan Ciater-Lembang yang Dahsyat

Jumat, Januari 23, 2009


Lewat dari Wanayasa, pasukan mulai menapakkan motor di kawasan Ciater - Lembang yang jalannya meliuk-naik dan sangaaaat panjang. Bagi biker yang belum berpengalaman, tentu pusing menghadapi tanjakan dahsyat ini, mau gigi rendah motor nggak bisa kenceng (terbawa suasana kenceng saat di jalur Wanayasa), mau gigi tinggi motor terseok-seok dan bakalan overheat.

Begitulah yang terjadi, iring-iringan yang semula rapat di jalur Wanayasa itu pelan-pelan merenggang, satu demi satu mulai tertinggal jauh. Melewati pintu masuk Ciater, aku tinggal sendirian berjuang, banyak yang masih tertinggal di belakang tapi ada juga beberapa yang sudah ngacir di depan. Aku jadi ingat teori evolusinya Darwin : Dalam seleksi alam, yang lemah akan lewat dan yang kuat akan bertahan.

Pokoknya di jalur yang dinginnya mulai menggigit itu banyak biker yang "berguguran" deh, ada yang bannya kena paku (siapa juga yang suruh nabrak paku), ada yang mesinnya overheat, dan ada juga yang tangannya kram. Tapi yang boncengan tentu nggak bakalan kedinginan ya :-) Yang bener-bener pertama kali sampai di ujung tanjakan dengan tak kurang suatu apa itu ya cuma si Abah dan Mandala. Nggak tahu deh mereka itu punya ilmu apa.fikir

Seumur-umur aku naik motor, baru kali ini ketemu batunya di tanjakan yang panjang. Sungguh, tanjakan yang takkan terlupakan.....rindu

[+/-] Selengkapnya...

Tombo Ati Ada Enam Perkara...

Jumat, Januari 16, 2009


Ketika aku mengetahui ada wanita dalam daftar touring kemaren, sebenarnya aku tertawa geli dan nggak percaya. Apakah mereka benar-benar tangguh untuk bersusah-payah menjadi boncenger sepanjang 300 km pp Jakarta-Lembang? Bukankah jadi boncenger itu jauh lebih capek dibanding bikernya itu sendiri? Belum lagi kalo dapat motor yang kurang nyaman, pasti nggak akan tenang deh duduknya. Bentar-bentar pasti minta brenti.mana bisa?

Tapi sepertinya semangat kebersamaan itu jauh lebih kuat dibanding rintangan atau sekedar rasa capek di jalan. Buktinya mereka enjoy saja tuh menjadi boncenger, bahkan malamnya juga sempat nonton GP, menyanyi bersama dan tidur larut malam. Eh, sudah gitu bangunnya juga pagi-pagi bener, ikutan jalan-jalan pagi dan semuanya sehat-sehat saja. Sungguh, wanita-wanita yang tangguh luar biasa....peace

Tapi asyik juga kok ada wanita dalam pasukan. Soalnya, bagi sebagian biker (sebagian saja lho...), tombo ati itu ternyata tidak hanya lima sebagaimana yang dinyanyikan Opick atau juga Emha, melainkan tombo ati itu ada enam. Yang keenam ya wanita itu, maaf, bukan bermaksud untuk merendahkan wanita (Pak haji jangan marah ya, ini kan tombo ati versi bikers). Tapi jujur saja, bahkan hanya dengan sekedar memandang wanita cakep apalagi yang tersenyum itu memang bisa jadi tombo ati juga kok. Pokoknya capek-capek pasti bablas deh keterjang senyuman si jelita…love

Sayang, aku sudah terlalu tua dan nggak punya nyali buat ikut-ikutan becanda sama mereka. Cukuplah mupeng saja deh. Wahai Tuhan, berdosakah aku bila memalsukan umurku di KTP dan menganggap diriku ini masih remaja?putuscinte

[+/-] Selengkapnya...

Musik dan Bikers

Jumat, Januari 09, 2009


Yang namanya musik itu memang nggak bisa lepas dari kehidupan manusia. Demikian halnya dengan bikers, touring tanpa musik itu kok sepertinya sayur tanpa garam gitu looo. Itulah sebabnya seperangkat keyboard lengkap dengan personelnya ikut juga diangkut ke Lembang.

Tadinya aku pikir, bikers itu paling-paling nyanyinya asal-asalan saja, asal bunyi kata orang. Tapi aku sungguh terkejut ketika mendengar Asep Irama, Denmas Warso dan Nusyir menyanyi. Cakep lho suara mereka. Sampe-sampe aku berpikir, bagaimana mungkin ketiga bikers itu sampe nggak ikutan API, KDI, atau Indonesian Idol?hah

Ada juga bikers lain yang sebenarnya punya nyali untuk ikut-ikutan menyanyi. Walaupun gayanya sudah pas, tapi sayang, karena dinginnya udara, suaranya juga ikut-ikutan membeku. Namun ada juga yang cuma joget saja maunya, mereka ini akan muncul dan joget saat lagu dangdut terdengar dan akan pergi saat lagu dangdut berhenti, mirip apa coba?

Sepanjang malam aku perhatikan baik-baik syair lagu-lagu yang dinyanyikan para bikers itu. Akhirnya aku sampai pada satu kesimpulan: Bikers itu suka banget menyanyikan lagu balada cinta. Itu-tuh, lagu yang sedih-sedih karena cinta yang kandas... Dan kalo sudah nyanyi lagu begituan, nggak ndangdut, nggak pop, nggak slow rock, pasti nyanyinya kenceng banget dan bareng-bareng semua bikers. Jangan-jangan bikers TPJ itu keseringan patah hati ya?

[+/-] Selengkapnya...

Hujan? Memangnya kenapa...

Jumat, Januari 02, 2009

Kalo banjir di Jakarta itu sudah biasa. Tapi kalo ada banjir di pegunungan di daerah Wanayasa itu baru luar biasa. Banjir di pegunungan itu bahkan kelihatan lebih dahsyat dibanding banjir di Jakarta, soalnya banjir di Wanayasa itu berarus sangat deras dan menimbulkan efek layaknya tsunami, sedangkan banjir di Jakarta itu kan kebanyakan hanya menggenang saja. Penyebabnya sih sama kok: sampah! tanduk

Hujan sebenarnya bukan masalah besar bagi bikers, soalnya banyak juga di jalanan ketemu bikers dari pasukan lain yang masih saja melaju saat hujan melanda, makanya saat berhenti di Wanayasa itu sebenarnya bukan dikarenakan hujan, tetapi lebih tepatnya banjir di jalanan!!! Bayangkan saja kalo di jalanan penuh potongan bambu atau buah kelapa yang menggelinding di jalan, apa nggak bahaya tuh kalo terus maju?

Walaupun mengenakan jas hujan, semua bikers tetap saja basah kuyup. Hujannya terlalu besar Bro! Tembus deh sampai ke dalam-dalam. Yang hanya punya satu celana sebenarnya ketar-ketir juga.... lha kalo sampe di Lembang masih saja hujan dan pakaiannya basah semua lalu mau pakai apa....? Paling-paling juga pake sprei atau kalo nggak ada ya pake daun-daunan..... fikir

[+/-] Selengkapnya...