Mbah Jenderal

Sabtu, Oktober 03, 2009

Entahlah, siapa yang pertama kali memanggilnya dengan sebutan Jenderal. Yang jelas nama sebutan itu sudah melekat padanya sejak ia mulai memiliki daya ingat puluhan tahun yang lalu. Mungkin sebutan itu dinisbahkan pada namanya yang sama dengan salah satu nama Jenderal Pahlawan Revolusi, atau mungkin juga disebabkan karena cita-citanya di masa kecil yang ingin menjadi seorang Jenderal di kelak kemudian hari, sebuah cita-cita yang mengherankan semua orang pada masa itu. Pertama, ia tidak memiliki family dari kalangan militer. Kedua, semua anak kecil pada saat itu bercita-cita menjadi seorang dokter.

Mula-mula Sang Jenderal memiliki komitmen yang kuat untuk mewujudkan cita-citanya. Ia berusaha untuk bertindak disiplin dalam berbagai hal dan berusaha untuk menjadi manusia yang bertubuh tegap, sehat, dan kuat. Untuk itu Sang Jenderal rajin mengikuti olah raga bela diri sejak duduk di bangku SMP. Sang Jenderal juga rajin belajar dan rajin membaca berbagai artikel kemiliteran, mengikuti berita kemiliteran, bahkan rajin menonton kegiatan tentara yang sedang latihan di barak militer di seberang komplek rumahnya.

Demikianlah, kedisiplinannya menyebabkan Sang Jenderal tumbuh menjadi seorang remaja yang sehat, kuat, cerdas, dan pandai bicara. Garis keturunannya yang memiliki setetes darah Belanda telah mengukir kegantengan parasnya dengan sempurna. Satu-satunya hal yang mengkhawatirkan semua anggota keluarganya, dan juga teman-teman lelakinya adalah kegemarannya pada wanita cantik. Untuk urusan yang satu itu Sang Jenderal benar-benar kacau dan keterlaluan. Pertama, Sang Jenderal diketahui telah "berusaha" untuk pacaran pada kelas lima SD. Kedua, memiliki pacar adalah hal yang wajar, tapi gonta-ganti pacar?

Namun cita-cita Sang Jenderal pupus sejak kecelakaan sepeda motor yang dialaminya saat ia duduk di bangku SMA. Biasalah, anak laki-laki, duduk di bangku SMA, punya motor RX-King. Ngapain lagi kalo nggak balapan liar. Kecelakaan itu telah menyebabkan kaki kirinya menjadi tak sempurna. Ia tidak lagi bisa berlari jauh dan cepat, sehingga tak mungkin baginya menjadi seorang tentara. Tapi kecelakaan itu tak mampu menyembuhkan penyakit playboy-nya, bahkan sejak peristiwa itu Sang Jenderal seperti kehilangan arah, kegemarannya bergonta-ganti pacar semakin menggila .

Menginjak masa kuliah, hobby Sang Jenderal tak juga berkurang. Perkenalannya dengan lebih banyak wanita dari berbagai penjuru negeri semakin membuatnya keranjingan. Dan ia mulai berani mencicipi apa yang seharusnya dilarang. Satu demi satu, mahasiswi cantik yang lengah terpedaya. Kepiawian Sang Jenderal dalam hal rayu-merayu telah merontokkan benteng pertahanan wanita yang tak tahan godaan. Dan pelan tapi pasti, bunga-bunga kampus pudar layu berguguran, laksana meranggas-gugurnya daun jati di musim kemarau panjang.

Langkah kotor Sang Jenderal makin melaju tak terbendung, sampai pada suatu hari di musim ospek, matanya tertumbuk pada Jane, mahasiswi yang segala sesuatunya serupa dengan profil bidadari tercantik di kahyangan para Dewata. Sungguh, Jane memang mahasiswi yang indah. Rambutnya hitam kemerahan lurus tergerai, berponi, melambai tertiup angin bak jatuhan air terjun Cibereum yang elok. Matanya belok bening berkilat, kemerlip bak berlian di mahkota para raja. Bibirnya, pipinya, anunya, wuah pokoknya semuanya memiliki perumpamaan yang sempurna. Hati Sang Jenderal menggeliat, meronta, menjerit sekencang-kencangnya memunculkan nafsu keserakahannya pada wanita. Dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, sang pacar lama dicerai, dan Jane resmi menjadi pacar baru Sang Jenderal.

Belakangan, Sang Jenderal terbentur kenyataan, bahwa memacari gadis jelita seperti Jane bukanlah perkara yang mudah. Halangan terbesar muncul dari Bung Waong, ayah Jane yang galak, bermata kemerahan, dan jauh lebih berandalan dibanding Sang Jenderal. Pengalaman Sang Jenderal selama ini tak mempan melawan Bung Waong yang super dahsyat itu. Kalah ilmu, kalah pengalaman, kata orang. Akhirnya acara pacaran dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Tapi Bung Waong tak bisa dikibuli. Sang Jenderal benar-benar mati kutu. Otaknya segera berputar cepat mencari jalan keluar. Namun segala cara kandas di tangan Bung Waong dengan mudahnya.

Sang Jenderal mulai sakit hati dan putus asa. Kebenciannya pada Bung Waong pada akhirnya berbuah niat buruk untuk membalas dendam. Ia segera mengatur siasat.

Malam Minggu itu Sang Jenderal berhasil membawa kabur Jane dari rumahnya. Ia beruntung karena Bung Waong sedang menjenguk Boss-nya di rumah sakit. Mula-mula mereka makan bakso di Senayan, kemudian pacaran dilanjutkan di Citos, kemudian putar-putar tak tentu arah tujuan, lewat Ragunan, lewat Pasar Minggu, berhenti makan buah di jembatan layang Pasar Rebo, kemana saja. Menjelang jam sembilan malam, Jane yang lugu itu dibawa ke rumah mbah Bawuk, janda gendut mendekati kepala enam, mantan tetangga Sang Jenderal yang tinggal di pinggiran Jakarta.

Mbah Bawuk sudah hapal benar kelakuan Sang Jenderal, karena Jane bukanlah yang pertama. Tapi mbah Bawuk cuek aja. Yang penting dirinya mendapat uang untuk menyambung kehidupannya. Setelah basa-basi sejenak dan menyuguhkan dua gelas sirup dingin, mbah Bawuk meninggalkan keduanya di ruang tamu, pergi entah kemana dan Sang Jenderalpun mulai kasak-kusuk merayu Jane yang jelita.

Yang namanya gadis lugu melawan bandot, tentulah tak seimbang. Gempuran rayuan maut Sang Jenderal bertubi-tubi menerpa benteng pertahanan hati Jane yang masih lemah kurang pengalaman. Hati Sang Jenderal bersorak riang ketika membaca gelagat, bahwa Jane sudah termakan oleh bujuk-rayuannya. Ia yakin sebentar lagi sirup dingin mbah Bawuk segera bekerja melenakan Si Jelita. Sang Jenderal berdiri, tangannya menggandeng Jane dibimbingnya menuju kamar, tapi tiba-tiba kepalanya terasa sangat pusing dan pandangannya kabur berkunang-kunang. Dalam sekejap Sang Jenderal terjatuh di sofa panjang dan menggelinding ke lantai tak sadarkan diri.



Suara orang ramai menggedor-gedor pintu membangunkan Sang Jenderal. Ia mencoba mengenali keberadaan dirinya. Masih dengan pandangan setengah kabur, Sang jenderal terperanjat mendapati dirinya di tempat tidur disamping mbah Bawuk tanpa selembar benangpun. Ia mencoba melompat turun dari tempat tidur, namun kepalanya yang masih pusing membuatnya jatuh terjerembab ke lantai.

"Braakkkk!!", pintu kamar berhasil dijebol dari luar.

Puluhan orang menyerbu masuk ke kamar sambil berteriak-teriak. Tak sampai satu jam kemudian, di malam Minggu yang sial itu, resmilah Sang Jenderal menjadi suami mbah Bawuk.

8 komentar

bisnis URL Rahasia mengatakan...

Cerpenya bagus . kenapa gak dimasukin koran juga ?
Mas aku sudah jadi penikut blogmu . sekarang gantian donk kamu jadi pengikut blogku embahacker.blogspot.com

02 Juli, 2009 06:20
masteg mengatakan...

Thanks.
Wah, nggak tahu caranya masukin koran mas.
Blog embahacker contentnya bagus mas. good luck :)
Follower ya? no problem, I'll try

04 Juli, 2009 14:32
Ansgarius mengatakan...

salam... kalau mau kirim di koran bisa saya saya kasih alamat email kompas di opini@kompas.co.id. saya juga pernah kirim dan mendapat balasan walaupun balasannya berupa penolakan hehe.. tapi setidaknya di baca kan? kunjungi blog saya juga ya bro... di http://antrasamudra.blogspot.com, kaih koment juga hehe.. sesama cerpenis... semoga sukses dan terus berkarya lewat cerita..

07 Juli, 2009 02:09
masteg mengatakan...

wah, thanks atas informasinya mas. mudah-mudahan kalo saya kirim ke kompas cerpen saya ada yang dimuat :)

I'll visit yours :)

07 Juli, 2009 02:34
Ansgarius mengatakan...

ada yang lupa bung ini aturannya kalau kirim ke kompas
di subject ketik CERPEN
cerpen diketik maksimal 8 halaman kuarto spasi dobel atau 12.000 karakter(dengan spasi)

07 Juli, 2009 12:30
Ansgarius mengatakan...

juga biografi: nama, tempat lahir, tanggal lahir, alamat, nomer yang bisa dihubungi juga rekening bila nanti anda beruntung dapat diterima karyanya.. mari berkarya dengan cerita..

07 Juli, 2009 12:32
MbahDoyok mengatakan...

kira kira adakah kemiripan dengan mbah surip ?? :D just kidding sob.. good artikel

24 Juli, 2009 08:45
fandio mengatakan...

ni blog saya juga ok
wwwjomblogokil.blogspot.com

11 Februari, 2011 19:30

Posting Komentar