Televisi

Rabu, September 10, 2008

Televisi adalah barang langka di masa kecilku. Satu-satunya orang yang punya televisi di daerahku saat itu adalah seorang Cina tua peternak babi yang dipanggil Bah Sin Jok. Bah Sin Jok tinggal di desa tetangga dan berjarak sekitar satu kilometer dari desa ku. Televisi satu-satunya itu berukuran 14", hitam-putih, dan selalu ditonton oleh puluhan orang yang menjejali halaman rumahnya.


Televisi kecil itu menggunakan accu 12 volt yang setiap tiga hari sekali harus dicharge selama tiga hari juga di Tukang Aki yang buka toko di pasar, satu kilometer dari rumah Bah Sin Jok. Maklumlah, pada saat itu di desaku belum ada listrik. Listrik PLN baru menyala di desaku saat aku sudah duduk di kelas satu SMA, walaupun tiang listriknya sendiri sudah dipasang di desaku sejak aku masih SD.

Acara yang aku gemari adalah serial Rin Tin Tin, kisah tentang seekor anjing yang pintar yang diputar TVRI di Sabtu senja. Aku juga suka serial The Giant, film yang mengisahkan petualangan sekelompok manusia bumi yang terdampar di sebuah planet yang dihuni manusia raksasa. Pada waktu itu, The Giant diputar TVRI di hari Minggu siang. Namun demikian, karena kondisi accunya yang seperti itu, kami sangat jarang sekali menonton televisi. Kami lebih suka main betengan di malam minggu, atau main perang-perangan di minggu siang hari.

Saat aku dan teman-temanku menonton televisi di malam hari, biasanya salah satu dari kami akan kami isengin. Bila salah seorang teman kami lengah, kami akan pulang secara diam-diam. Teman yang kami tinggalkan pada umumnya tidak berani pulang sendirian ke rumahnya, karena harus melintasi bulak atau ara-ara (kebun dan padang rumput terbuka yang luas) yang gelap gulita dan jauh dari pemukiman. Maka sudah dapat dipastikan, Ia akan menginap di rumah Bah Sin Jok sampai pagi. Konon, orang yang berjalan sendirian lewat bulak itu -tidak peduli tua atau muda- pasti akan ditakuti memedi (hantu). Yang paling terkenal disana adalah memedi pring (hantu bambu), bila ada yang lewat di dekat rumpun bambu, tiba-tiba salah satu bambu itu akan rebah melintang menghalangi jalan. Bila sudah begitu, orang itu harus pura-pura menebang pohon bambu yang rebah itu dengan sesuatu, agar bambunya kembali lagi seperti semula, aneh memang.

Nah, bila teman kami itu sudah pulang dari rumah Bah Sin Jok keesokan harinya, dia akan kami panggil sebagai Ndara Sinyo (Tuan Cina) dan kami olok-olok telah tidur dengan babi semalaman.

0 comments

Posting Komentar