Kunang-kunang

Selasa, September 02, 2008

Di malam yang cerah tanpa cahaya rembulan, kadang-kadang ayahku membangunkanku menjelang tengah malam dan mengajakku berjalan-jalan ke persawahan di sebelah timur desaku, bukan untuk menjaga air, tetapi untuk menikmati indahnya malam.

Hamparan persawahan di sebelah timur desaku itu dibelah oleh sebuah jalan tanah yang cukup lebar dengan pohon trembesi, johar, asam dan kapuk randu tumbuh di kiri-kanannya. Di pohon kapuk randu dan asam yang besar-besar itu biasanya banyak bersarang burung hantu coklat dengan bunyinya yang khas di malam hari. Orang-orang di desaku tahu burung hantu banyak berjasa memberantas hewan tikus di persawahan, makanya tidak ada seorangpun yang mengusik keberadaan mereka. Di kiri kanan jalan itu juga mengalir selokan selebar kurang lebih satu meter untuk keperluan irigasi. Selokan yang selalu berair dan bersumber dari saluran irigasi dari waduk Gajah Mungkur di Wonogiri. Dahulu sekali, sebelum ada waduk, sering banget orang berebut air untuk mengairi sawah mereka karena airnya tidak terlalu lancar. Walaupun tanpa rembulan, kalo malam sedang cerah tak berawan, jalan di tengah sawah itu bisa terlihat dengan jelas.

Dua bulan setelah padi ditanam, biasanya padinya sudah tinggi-tinggi. Saat itulah pemandangan malam akan kelihatan indah dikala bulan mati. Di kegelapan dan dinginnya malam yang sunyi-senyap, akan terlihat jutaan cahaya berkelip di atas hamparan sawah sejauh mata memandang, itulah cahaya jutaan kunang-kunang yang sedang mencari makan, atau mungkin juga sedang berkembang biak, tak tahulah, tapi yang pasti jumlahnya sangaaaat buanyak. Sementara itu, kalo kita melihat ke atas, jutaan bintang membentang dari ujung ke ujung cakrawala. Sungguh, kita akan merasa berada di tengah-tengah lautan cahaya yang berkelip dengan indahnya. Kalo kamu melihatnya, pasti kamu akan betah berlama-lama berdiri di sana. Mungkin kamu sudah sering melihat indahnya kerlip lampu kota dari kawasan puncak di kejauhan ya, hampir mirip. Bedanya, di tengah sawah, kerlipan jutaan cahaya itu terasa begitu dekat dan menyatu dengan kita, sehingga kadang-kadang kita akan merasa mengambang dan nggak tahu sedang berada di mana.

Aduuuh.... aku jadi ingin pulang nih, untuk menikmati indahnya kunang-kunang. Wahai ayah, kapan ya kita jalan-jalan lagi ke sawah malam-malam?

0 comments

Posting Komentar