Arca Sapi Emas

Sabtu, Juni 13, 2009

Seluruh penduduk desa Baderan serta merta geger demi mendengar kabar bahwa mBah Jayeng menemukan sebuah arca sapi emas di kebon suwung selatan desa. Mbah Jayeng menemukan arca itu setelah bertapa di bawah pohon beringin yang berumur ratusan tahun di kebon itu selama tujuh hari tujuh malam. Mula-mula dua orang wartawan lokal dari Kabupaten mengunjungi rumah mBah Jayeng, tak lama kemudian berita penemuan arca sapi emas itu mulai tersebar ke seluruh pelosok Nusantara.

Kini rumah mBah Jayeng ramai dikunjungi orang dari berbagai daerah. Petugas dinas purbakala Kabupaten datang meneliti, tapi pergi lagi tanpa berbuat apapun. Isu-isu tentang keajaiban arca mulai berkembang; arca hanya terlihat seperti arca tanah liat oleh Petugas Dinas Purbakala sehingga tidak jadi diambil, atau isu arca bisa menyembuhkan penyakit, mendatangkan rejeki dan jodoh, dan sebagainya dan sebagainya. Dikabarkan seorang Konglomerat yang sembuh dari sakitnya setelah melihat arca itu dibantu do'a mBah Jayeng, membangun jalan desa sebagai rasa terima kasih. Maka makin berbondong-bondonglah orang datang ke rumah mBah Jayeng di Baderan.

Arca sapi sebesar kaleng Coca-Cola berwarna kuning bermata batu permata merah itu diletakkan di atas meja di dalam rumah bambu mBah Jayeng. Di sebelahnya dinyalakan lampu minyak kelapa dan diletakkan semangkuk air bunga mawar. Bau kemenyan yang dibakar di bawah meja menimbulkan suasana mistis menghipnotis di keremangan rumah itu. Orang bergiliran satu per satu menonton arca emas itu. Tentu saja tidak gratis, mereka harus mengeluarkan uang lima ribu rupiah dan dimasukkan ke dalam kotak amal, uang seribu rupiah sudah tidak laku lagi. Bagi yang ingin minta didoakan secara khusus kepada sapi itu oleh mBah Jayeng akan dipungut uang lima puluh ribu rupiah, tidak kurang.

Waktu terus berlalu, berita tentang arca sapi berkembang sampai ke sejarah terjadinya dikait-kaitkan dengan kerajaan dan tokoh sejarah masa silam. Pembahasan arca sapi emas secara historis maupun fiktif terus diada-adakan dan ditiup-tiupkan dengan gencar lewat surat kabar, majalah, radio, televisi dan internet. Kisah serial arca sapi emas bahkan mulai diproduksi dalam bentuk komik, cerbung, cersil, maupun sandiwara radio.

Penduduk desa Baderan mulai kecipratan rejeki, ada yang jadi tukang parkir, penjual makanan, tukang sablon dan penjual kaos, baju, dan topi bergambar arca sapi, pembuat atau penjual souvenir arca sapi, dan juga pemandu ke tempat-tempat keramat seputar desa Baderan. Puluhan juta rupiah mengalir ke Baderan setiap harinya. Orang desa mulai merangkak kaya. Perekonomian mulai membaik. Setelah setahun berlalu, tidak ada lagi orang miskin di Baderan, setidaknya setiap rumah memiliki satu sepeda motor.

Desa Baderan mendapatkan perhatian khusus dari Pemda. Fasilitas umum, jalan raya, sarana transportasi, sekolah, dan pasar didirikan, diperbaiki atau dikembangkan dengan cepat seolah berpacu dengan derasnya propaganda di media masa. Penduduk dibina untuk mandiri, dan menjadi agen-agen perekonomian desa. Usaha Pemda tidak sia-sia, roda perekonomian mulai berputar kencang seiring berlalunya waktu. Kini Baderan dan sekitarnya telah menjadi daerah yang mandiri dan makmur.

Dua tahun berlalu sudah sejak arca emas ditemukan di Baderan. Kini arca emas sudah tidak lagi menarik perhatian orang, tapi desa Baderan dan sekitarnya sudah terlanjur maju dan mandiri secara ekonomi. Beberapa Konglomerat bahkan menanamkan usaha di bidang agribisnis di desa itu. Orang-orang yang datang ke Baderan kini tidak lagi berkeinginan untuk menonton arca emas itu tetapi untuk mencari kerja atau berbisnis.

Pagi itu Bapak Bupati membuka rapat koordinasi pembangunan ekonomi daerah di ruang rapat Kabupaten. Semua Pejabat Kabupaten, para Camat, Kepala Desa, Tokoh Masyarakat, dan beberapa Konglomerat menghadiri rapat itu. "Seperti yang sudah kita rencanakan, kini Baderan dan sekitarnya telah menjadi kota mandiri.", sambut Pak Bupati. "Sekarang saatnya kita lakukan secara paralel di tiga desa yang sudah kita rencanakan sebagai sentra ekonomi Kabupaten kita. Kami mohon dukungan penuh semua pihak untuk kesuksesan program ini."

Demikianlah, beberapa hari kemudian ramai berita di surat kabar; ditemukan keris empu Gandring di Desa Banaran. Dan dua minggu kemudian, bintang jatuh di desa Argo Puro, batu meteoritnya masih menancap di tanah. Dan di bulan berikutnya, dilahirkan bayi ajaib yang sudah bisa mengaji dan meramal di desa Tawang Rejo. Wartawan lokal berdatangan, Petugas Dinas Purbakala datang dan pergi lagi. Isu-isu ajaib mulai bertiup, berkembang, dan terus berkembang. Orang-orang dari seluruh Nusantara mulai berbondong-bondong mengunjungi lokasi, fasilitas umum mulai dibangun, penduduk mulai dibina, dan Konglomerat mulai menanamkan modalnya.....

2 komentar

Fitriansyah mengatakan...

thq mas,, Cerpenya simple bagus,,

27 Desember, 2008 14:17
masteg mengatakan...

thanks mas, the idea just flows like water. Empat paragraf terakhir muncul begitu saja. Tadinya mo diakhiri dengan konflik perebutan arca sapi yang menimbulkan pertumpahan darah :-)

27 Desember, 2008 16:51

Posting Komentar