Kisah Kebon Suwung

Sabtu, Juni 20, 2009

Kebon Suwung adalah julukan bagi sebidang tanah tak berpenghuni yang terletak di tepi jalan menuju ke pasar di sebelah utara desaku, tak jelas siapa yang memilikinya. Kebon suwung itu memanjang sekitar dua ratus meter di kiri-kanan jalan tanpa pagar. Disebut Kebon Suwung (Kebon Kosong) karena selain tidak berpenghuni juga jauh dari rumah penduduk, sehingga keadaannya sepi, baik siang maupun malam. Kebun itu tidak ada yang mengelola sehingga hanya ditumbuhi pohon-pohonan laksana sebuah hutan kecil.

Dulu, kebon suwung itu terkenal angker sehingga orang tidak berani melewatinya sendirian di malam hari. Bukan takut dibegal (dirampok), tetapi takut memedi (hantu) penghuni Kebon Suwung yang punya hobi mengganggu orang itu. Konon memedi penghuni kebon suwung itu ada tiga; Jim Papringan (jin bambu), Memedhon, dan Glundhung Pringis.

Jim Papringan itu pekerjaannya merebahkan pohon-pohon bambu secara tiba-tiba untuk menghalangi jalan orang yang lewat, terutama orang yang bersepeda. "Krosaaakk", saat pohon bambu tiba-tiba rebah, pingsan pulalah orang yang sedang lewat disana. Kalo sudah pingsan, maka sadar-sadar orang itu akan terbangun di regol (pos ronda) kampung sebelah di pagi hari beserta sepedanya, tanpa tahu siapa yang mindahin. Penolaknya cuma satu, saat mau melewati Kebon Suwung itu orang harus permisi dulu. "Kula nuwun mbah, putune dherek langkung" (Permisi kakek, cucu numpang lewat) sambil membunyikan bel sepeda tiga kali. Dengan cara itu orang lewat dijamin lolos dari gangguan Jim Papringan.

Memedhon pekerjaannya menjelma dari sebentuk noktah putih di atas tanah menjadi sebentuk mahluk putih yang besar dan tinggi sekali dalam waktu singkat. Efeknya tidak sedahsyat rebahnya pohon bambu karena tanpa suara, tetapi orang akan dhengkelen (shock, terpaku, kaku tidak bisa bergerak) saat melihatnya, mau lari nggak bisa bergerak, mau berteriak tenggorokan rasanya kaku, akhirnya tanpa sadar kencing di celana. Orang yang melihat Memedhon akan sadar kembali setelah ditepuk bahunya oleh orang lain yang kebetulan lewat setelahnya. Lha kalo nggak ada orang lain yang lewat? Setelah beberapa waktu orang itu bisa sadar sendiri dalam keadaan menangis seperti bayi, aneh...

Memedi Glundhung Pringis itu pada dasarnya adalah sebentuk kepala manusia tanpa badan yang selalu meringis, namun Glundhung Pringis itu bisa menjelma menjadi apa saja sebelum menakut-nakuti orang; jadi buah durian, buah nangka, bola, bahkan bisa pula berujud ayam. Bedanya dengan kedua lelembut lainnya, Glundhung Pringis membawa rejeki bagi orang yang ditakutinya. Lho kok bisa? Nggak tau juga deh, tapi buktinya memang begitu kok. Coba simak cerita di bawah ini tentang si Glundhung Pringis.

Pernah pada suatu malam sekitar jam tiga dini hari. Seorang mbok Bakul (ibu-ibu pedagang) berangkat untuk belanja barang dagangan ke pasar sendirian dengan menggendong tenggok (bakul dari bambu) kosong. Sampai di Kebon Suwung, mbok Bakul itu melihat seekor pitik babon (ayam betina) di pinggir jalan. Tanpa pikir panjang pitik babon itu segera ditangkap dan dimasukkan ke dalam tenggok dengan harapan bisa dijual di pasar. Lama-kelamaan tenggok yang digendongnya makin terasa berat. Dengan penuh rasa heran, tenggok kemudian diturunkan untuk diperiksa. Di keremangan cahaya bulan, pitik babon yang tadi ditangkapnya itu ternyata telah berubah menjadi Memedi Glundhung Pringis (kepala orang yang sedang meringis), tentu saja mbok bakul itu jatuh pingsan. Namun setelah peristiwa itu, konon dagangannya laris bukan main.

Ada lagi kisah Blantik Wedhus (pedagang kambing) yang pulang dari kota Solo naik sepeda nemu durian di Kebon Suwung malam-malam. Durian dimasukkan ke keranjang tempat kambingnya. Jaman dulu Blantik kambing membawa bronjong (keranjang bambu) di boncengan belakang sebelah kiri dan kanan untuk memboncengkan kambing dagangannya. Sesampainya di rumah, durian di bronjong segera diambilnya, namun ditangan Blantik itu, mendadak durian berubah menjadi Glundhung Pringis. Langsung saja si Blantik pingsan. Namun setelah itu usahanya maju, dari blantik kambing bertambah blantik sapi dan singkat ceritanya, Blantik itu menjadi orang kaya.

Kembali ke Kebon Suwung, di masa itu tidak ada seorangpun yang berani tinggal disana. Pernah beberapa kali orang mendirikan rumah di sana. Walaupun sudah memberi sajen (persembahan) kepada lelembut dan didatangkan juga Modin (penghulu) untuk ngaji Yasinan, tapi penghuni rumah itu selalu saja sakit-sakitan ganti berganti bahkan tak jarang kesurupan (kerasukan), akhirnya mereka tidak betah dan pindah dari sana.

Keangkeran Kebon Suwung mulai sirna setelah seseorang menemukan sebuah arca di tengah kebon itu. Gara-gara ada yang mengatakan itu arca emas, maka sejak itu ramailah orang datang dari berbagai penjuru mencari arca lainnya. Mula-mula muncul isu, bahwa arca hanya bisa didapat dengan semedi (bertapa), maka ramailah orang duduk bertapa di bawah-bawah pepohonan. Tak mendapatkan apa-apa dari semedinya, orang mulai menggali-gali tanah, pohon-pohon banyak yang ditebangi, Kebon Suwung berubah jadi lapangan. Walaupun tidak lagi ditemukan arca, namun sejak itu Kebon Suwung telah terlanjur rame, banyak orang jualan sampai malam dan kalo sore rame pemuda main bola. Mungkin itu sebabnya ketiga lelembut penghuninya tidak lagi betah tinggal lama-lama di Kebon Suwung itu.

7 komentar

kosong mengatakan...

wah kayak namaku soewoeng

16 Maret, 2009 14:58
masteg mengatakan...

hi hi... untung namanya nggak ada kebon-nya ya mas... :-)

16 Maret, 2009 22:00
Rey mengatakan...

Dikampungku juga ada kebon suwung tapi ngga seangker itu walau sama sebidang tanah kosong hanya kebun asem plus kopi...

20 Juni, 2010 19:58
Anonim mengatakan...

kapan nambah lagi cerita horornya aku baru senang baca2 cerita hantu lelembut nih

tapi pakai bahasa yang bukan bahasa gaul. ok?

ghufron_mat@yahoo.co.id
kreasijiwa.blogspot.com

27 Juni, 2010 12:04
Anonim mengatakan...

aduhh... padahal gue butuhnya narrative short spoky stories...
jadi bukan deskripsi hantu..
gue butuh skarang... TT

28 Juli, 2011 12:11
Unknown mengatakan...

Atut gak ya...? Atut aja ah..! Atuuuuuut.

06 Maret, 2017 21:54
Unknown mengatakan...

Atut gak ya...? Atut aja ah..! Atuuuuuut.

06 Maret, 2017 21:55

Posting Komentar