Bocah mBeling

Sabtu, Juni 06, 2009

Anak-anak itu memang seperti kain yang putih. Bisa jadi kotor kalo diletakkan di tempat yang kotor dan juga akan tetap bersih apabila diletakkan di tempat yang bersih. Itu tak lain karena anak-anak itu selalu saja memiliki kebiasaan untuk meniru tindakan orang lain yang membuatnya tertarik, perbuatan baik atau tidak baik. Anak-anak memang belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kalaupun sudah bisa membedakannyapun, biasanya lingkunganlah yang berperan.

Begitu juga denganku dan teman-temanku semasa kecil. Kami memandang dan meniru sesuatu itu tergantung dari lingkungan dimana kami berada. Di lingkungan orang-orang yang baik, kami akan meniru yang baik-baik. Sebaliknya, mudah sekali kami meniru yang buruk-buruk setelah berada di lingkungan orang-orang yang berkelakuan buruk pula seperti yang akan aku tuturkan di bawah ini.

Berjudi menggunakan kartu adalah hal yang biasa kami temui di tempat orang hajatan. Jadi, keesokan harinya, aku dan teman-temanku akan mengumpulkan bekas kartu remi atau domino untuk kami pakai "berjudi" di bawah barongan (rumpun bambu) atau di tempat tersembunyi lainnya. Seperti orang-orang dewasa, kami juga "berjudi" memakai uang beneran lho. Kalah judi sih bukan masalah besar bagi kami, yang paling apes (sial) itu ya kalo lagi gayeng (sedang ramai-ramainya) main judi lalu kepergok Bapak-bapak kami. Hukumannya tak lain dan tak bukan ya disuruh baris dan disabeti penjalin (dipukuli rotan). "Sing mbok tiru ki sapa ta leeee? Arep dha dadi bajingan apa piye, he? -- Yang kalian tiru itu siapa sih naakkkk? Mau jadi Bajingan apa?--" Selepas disabeti penjalin, biasanya kami akan kapok, tapi kapok Lombok. Kapok Lombok itu ya kapoknya kalo lagi dihukum. Besok-besoknya, kalo ada orang hajatan lagi, ya ngumpulin kartu lagi, dan tentu saja "judi" lagi di bawah barongan.

Kalo aku dan teman-temanku menonton orang-orang yang berjoget sambil mabok saat pentas ndangdutan, maka minum Ciu (sejenis minuman keras dibuat dari fermentasi tebu yang efek maboknya jauh lebih dahsyat dibanding Wisky) juga kami anggap sebagai sesuatu yang layak untuk ditiru. Soalnya kami ini takut bener pada orang mabok, jadi kami menganggap orang mabok itu hebat. Besoknya kami biasanya akan patungan untuk membeli Ciu, kalo ditanya yang jual, kami bilang disuruh Kakek untuk jamu. Orang-orang tua di desaku memang biasa minum Ciu untuk menjaga kesehatan, aneh ya? Ciu itu kami minum beramai-ramai di kebon pohung (kebun ketela pohon) yang rimbun di pinggir desa. Walaupun tanpa iringan musik dangdut, minum Ciu itu ternyata asyik juga kok. Nah kalo sudah mabok, kami akan tertidur sampai sore. Bangun-bangun kepala terasa pusing dan berat. Kamu tahu nggak bagaimana rasanya mabok? Kalo sudah mabok, kepala rasanya ringaaann banget, tapi semua benda di sekeliling kita terasa berputar. Asyik memang. Namun ya itu, setiap kali mencoba jalan pasti roboh. Kalo sudah mabok terlalu berat, maka sebelum tertidur pasti ada acara muntah-muntah, "Hoooeeekkk...hooeekkk!!!" Bersamaan dengan itu, dari mulut-mulut kecil yang celaka itu juga meluncur ringan pisuhan (umpatan) orang mabok.

Yang paling konyol adalah pengalamanku merokok untuk pertama kalinya di suatu siang di hari Lebaran. Aku dan dua temanku mula-mula mencuri rokok Klobot (rokok yang bungkusnya dari daun jagung) isi tiga batang dari pancenan (sesajen) di malam Lebaran di rumah kakekku. Siangnya, kami mencari tempat persembunyian untuk merokok. Setelah berputar-putar, akhirnya kami masuk ke dalam sebuah drum kayu bekas merendam kedelai untuk membuat Tahu di belakang rumah kakekku. Beberapa saat kemudian, kami bertigapun asyik-masyuk menghisap rokok Klobot itu diam-diam, walaupun terasa gatal di leher, kami berusaha keras untuk tidak batuk agar tetap aman. Bodohnya, kami tidak pernah berpikir bahwa dari jauh, drum kayu itu tentu saja kelihatan kemedus (berasap) seperti puncak merapi yang mau meletus. Maka belum sempat habis satu batang, dengan cepat kamipun ketahuan Kakekku. Seperti yang sudah-sudah, hukumannya adalah berbaris dan disabeti penjalin. "Sing mbok tiru ki sapa ta leeee? Arep dha dadi bajingan apa piye, he? -- Yang kalian tiru itu siapa sih naakkkk? Mau jadi penjahat apa?--" Coba tebak, sehabis disabeti penjalin, kami kapok lombok atau kapok beneran?

0 comments

Posting Komentar