Gigi Emas

Jumat, Oktober 17, 2008

Menurutku, orang desa itu kadangkala lebih ekstrem dibandingkan orang kota dalam mengekspresikan diri. Dan tentu saja hal itu bisa saja membuat diri mereka susah, bahkan sepeninggal merekapun, sanak saudara mereka yang masih hidup juga jadi ikut-ikutan susah.

Dahulu kala, orang kaya di desaku mengekspresikan diri mereka dengan rumah besar bertembok batu bata tebal dengan pendopo yang luas, lampu gobyok (lampu hias gantung) yang indah, dan juga pagar yang kokoh. Tak lupa beberapa burung perkutut yang gacor (mahir berkicau), istri yang bergelimang perhiasan emas, kerbau yang banyak, pit cik-cik (sepeda) yang anggun, dan tentu saja baju drill bagus dan topi sinder (topi bulat seperti topi orang belanda). Pada masa motor dan mobil mulai bisa terbeli, maka dua jenis kendaraan itu juga turut melengkapi daftar kekayaan mereka, nggak peduli bisa nyetir atau tidak.

Namun ada satu hal yang benar-benar bisa menunjukkan ciri orang kaya dimanapun mereka berada, walaupun misalkan mereka sudah tidak kaya lagi adalah: gigi emas! Itulah mungkin sebabnya, orang kaya di daerahku suka banget berbicara atau sekedar tersenyum lebar di depan orang banyak. Aku nggak tahu persis apakah gigi emas itu hanya lapisan atau memang benar-benar emas yang dibentuk seperti gigi dan dipasang secara khusus menggantikan gigi aslinya yang mungkin saja dicabut paksa. Yang jelas ada dua jenis gigi emas itu, gigi emas putih dan gigi emas kuning.

Yang aku ingat, gigi emas itu biasanya ada satu atau dua buah. Letaknya bermacam-macam, ada yang di depan, di gigi taring atau geraham depan. Gigi emas itu memang paten benar, soalnya sehitam apapun gigi asli di sekitarnya akibat merokok, yang namanya gigi emas tetap saja terlihat cemerlang. Seringkali untuk menunjukkan gigi emasnya itu ke khalayak ramai, sehabis minum teh atau kopi mereka akan menggerakkan mulut seperti gerakan menghisap dan mengusap gigi atas mereka dengan lidahnya yang secara otomatis akan membuat mulutnya terbuka, dan.... kilatan gigi emas akan menerpa menyilaukan mata orang-orang yang ada di dekatnya.

Orang-orang yang memiliki gigi emas itu rata-rata adalah para pengusaha, pedagang atau petani yang kaya. Bahkan Pak Dhalang yang hampir setiap tahun memainkan wayang di acara bersih desa itu juga memiliki gigi emas yang memenuhi mulutnya, mungkin juga untuk dipamerkan ke wayang-wayang yang dimainkannya. Kupikir ia pasti telah mengganti semua gigi seri dan taringnya dengan gigi emas. Pokoknya gigi emas itu sempat ngetrend berat di daerahku.

Nah yang paling repot itu kalo lagi musim Begal (perampok). Orang kaya bergigi emas itu harus hati-hati benar menjaga gigi mereka, soalnya pernah ada kejadian di daerah yang nggak jauh dari kawasanku, ada begal nekat yang selain merampok harta benda juga sempat mencabuti gigi emas yang cuma dua biji itu dari mulut orang kaya yang dirampoknya. Wuih, mengerikan ya...

Itu belum lagi kalo orang kaya bergigi emas itu meninggal. Lengah sedikit saja kuburannya dari penjagaan sanak saudaranya, besoknya pasti kuburan itu sudah dibongkar oleh Maling Gigi Emas. Yang begitu itu tentu saja nyusahin sanak keluarganya yang masih hidup kan. Siapa sih yang sanggup menjaga kuburan tiap malam selama berhari-hari, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun?

Sejak adanya kejadian perampokan gigi emas dan bongkar-membongkar kuburan bergigi emas yang berlangsung tidak hanya sekali itu, maka mulai surut jugalah trend gigi emas di daerahku. Satu demi satu orang-orang kaya mulai menanggalkan gigi emasnya dan menggantinya kembali dengan gigi biasa. Mungkin lapisan emasnya yang dilepas, atau mungkin juga ditanam lagi gigi biasa. Yang jelas saat aku mulai duduk di bangku SMP, jarang sekali aku melihat orang bergigi emas di daerahku, bahkan di kota Solo sekalipun....

2 komentar

Anonim mengatakan...

setahuku orang bergigi emas tuh kebanyakan org tua..krn giginya udh mrotol...hhehhee..mngkin ditmpt org brgigi ada tambang emasnya kali ya??

07 September, 2008 14:52
masteg mengatakan...

Yup! biasanya orang yang kaya kan memang sudah tua.. hi hi...

07 September, 2008 18:04

Posting Komentar