Diamput !!!

Sabtu, September 19, 2009

Gareng menarik nafas panjang. Seiring dengan alunan nafasnya, Ia berusaha menata dan mempertajam panca inderanya. Matanya menatap tajam jalan lurus di depannya. Bayangan demi bayangan berbagai peristiwa dibuangnya jauh-jauh dari pikirannya yang sedang fokus berkonsentrasi. Suara geraman motor di sekelilingnya lambat laun menghilang dari telinganya. Tangannya erat bersiaga menggenggam setang motornya. Pelan tapi pasti hatinya mulai terasa mantap, dan ia merasakan dirinya siap memenangkan balapan tarikan ketujuh malam itu. Enam tarikan pertama telah dimenangkannya dengan gemilang. Tinggal satu kali tarikan lagi, dan uang lima puluh juta rupiah akan berada dalam genggamannya. Ia tahu betul, Koh Li Cheng, sang bandar taruhan, tak pernah mengingkari janjinya.

Sejak masuk kuliah delapan tahun silam sampai bekerja di sebuah perusahaan swasta saat ini, Gareng hampir tak pernah absen dari aktivitas balapan liar setiap malam minggu di berbagai lokasi. Namanya harum terkenal di dunia bawah tanah balapan liar sebagai The Flash, pembalap yang tak terkalahkan. Dari dunia itu pulalah Gareng mampu membiayai kuliah dan kehidupannya dari berbagai kemenangannya. Semua orang memaklumi bahwa balapan liar tak lepas dari taruhan bernilai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Dan setiap Pembalap memiliki harganya sendiri sebagaimana halnya para pemain sepakbola dunia.

Malam itu, Gareng benar-benar tampil sempurna. Si Cocor Merah, motor RX-King tuanya membabat habis semua lawannya tanpa ampun dengan jarak kemenangan yang cukup jauh. Koh Li Cheng tersenyum puas. Ia tahu, malam itu merupakan malam terakhir jagoannya memberikan keuntungan ratusan juta rupiah padanya. Sebelum balapan, Gareng menyatakan akan mengundurkan diri dari dunia balap liar untuk fokus pada masa depannya. Dan sebagai tanda terima kasih, Koh Li Cheng menjanjikan lima puluh juta rupiah, cash. Hitung-hitung juga sebagai hadiah ulang tahun Sang Pembalap pada hari itu.

Tak ada seorangpun yang tahu, bahwa sebenarnya Gareng sedang gundah gulana. Berbagai pikiran berkecamuk di kepalanya menafsirkan sikap Limbuk, pacar terkasihnya, sebulan belakangan ini. Sejak Gareng serius meminta Limbuk menikah dengannya sebulan yang lalu, Limbuk seperti menjauhi dirinya. Apalagi Gareng mengetahui bahwa sudah beberapa bulan belakangan ini Limbuk terlihat akrab dengan Waong, teman kuliah Gareng yang sekantor dengan kekasihnya itu.

Gareng menyadari betapa bencinya Limbuk pada balapan liar, dan selama ini kekasihnya itu tak pernah tahu bahwa dirinya adalah salah seorang jawaranya. Gareng curiga, jangan-jangan saat ini Limbuk sudah tahu jati dirinya dari Waong dan kemudian berusaha menjauhinya. Hanya Waong yang selama ini tahu jati dirinya. Keragu-raguan hatinya menimbulkan keinginan untuk jujur pada sang kekasih dan mengakhiri petualangannya di dunia balap liar. Ia yakin kekasihnya pasti akan bersenang hati. Gareng paham betul bahwa tidak ada seorang istripun yang menginginkan suaminya memiliki aktivitas yang membahayakan jiwanya.

Tapi keinginan untuk berterus terang itu belum juga mendapatkan jalan. Bahkan sudah dua malam Minggu yang lalu Gareng terpaksa harus balik kanan dari rumah sang kekasih yang tak berada di tempat, dan tak bisa dihubungi. Gareng frustasi, pikiran buruknya mulai mengarah ke Waong. Namun hati kecilnya berkeras menuntunnya pada kesabaran. Gareng berjuang melawan sergapan rasa rindu pada kekasih hatinya. Pengalamannya dalam menyingkirkan emosi saat berlaga di arena balap sedikit banyak membantunya mengatasi kegundahan hatinya dari waktu ke waktu.

Malam Minggu itu Gareng kembali menelan ludah ketika untuk kesekian kalinya harus balik kanan dari rumah sang kekasih. Tapi ia bertekat, besok pagi ia akan menjelaskan semuanya pada kekasih hatinya, ya semuanya, dan ia harus mendapatkan jawaban lamarannya saat itu juga.

Pikiran kalutnya semakin mendorong Gareng untuk mengakhiri petualangannya di dunia balap liar malam itu juga. Pelan-pelan si Cocor Merah diarahkan ke arena balap. Mulanya Gareng hanya ingin pamitan pada para bandar dan rekan-rekannya, namun tawaran Koh Li Cheng dan bujukan rekan-rekan sejawatnya untuk mengukir prestasi terakhir mampu membelokkan hatinya untuk kembali ke aspal.

Dugaan Gareng tidaklah meleset. Pada hari yang sama saat ia mengutarakan keinginannya menikahi sang kekasih, Waong membeberkan jati diri Gareng tanpa sepengetahuannya. Bukan untuk menjatuhkan, melainkan didorong oleh rasa persahabatannya yang tulus. "Hanya kamu yang bisa menghentikannya.", pinta Waong pada Limbuk sore hari itu. Siasatpun diatur. Kejutan disiapkan di hari ulang tahun Gareng. Di hari itu Limbuk akan menerima pinangan kekasihnya di arena balap dan sekaligus menghentikan aktivitasnya itu untuk selama-lamanya. Dan mulailah Limbuk bersandiwara berhari-hari lamanya, sampai saat itu tiba.

Malam itu langit cerah tak berawan, terang lampu jalanan tak mampu meredupkan kerlipan milyaran bintang di kegelapan angkasa raya. Mercy Waong pelan menyusuri jalanan menuju arena balap, ia dan Limbuk berniat menanti Gareng di ujung track. Tak henti-hentinya keduanya tersenyum membayangkan wajah Gareng saat menerima kejutan. Gegap gempita suara motor yang berlaga di arena mulai terdengar semakin jelas dan semakin keras. Keduanya semakin mendekati arena balap bekas landas pacu yang panjang membentang itu. Senyum Waong dan Limbuk semakin mengembang, diiringi obrolan dan tawa ringan sekali-sekali.

Di arena balap, tujuh motor melaju beriringan dengan kecepatan sekurang-kurangnya 150 km per jam. Gareng memimpin paling depan, senyumnya mengembang membayangkan wajah Limbuk sang kekasih hati. "Besok kamu akan menjadi milikku", bisik hatinya riang.

Tiba-tiba sebuah Mercy melintas memotong jalan di depan lintasan pada jarak 100 meter. Lampu si Cocor Merah sekilas menyorot kaca depan mobil yang terbuka, wajah Limbuk sang kekasih hati terlihat jelas disana. Gareng gugup, ia berusaha menghentikan laju si Cocor Merah sekuat tenaga. Decit ban beradu aspal memecah malam, tapi tak juga mampu menghentikan laju si Cocor Merah.

"Reeeeeeennngggggg!!!!", tak sadar mulutku menjerit keras.

"Bluuug!"

Kudapati tubuhku berada di lantai, di bawah tempat tidur.

"Diampuutt!!"

3 komentar

jual beli paypal mengatakan...

salam persahabatan

26 Juli, 2010 19:34
masteg mengatakan...

@jual beli paypal: salam persahabatan juga. Bisnisnya keren mas, semoga sukses ya :)

28 Juli, 2010 06:15
Anonim mengatakan...

haha lucu,, padahal aku baca serius banget trus kukira tuh orang akan kecelakan dan meninggal tapi ternyata ngimpi wkwkw... siph

28 Januari, 2011 14:22

Posting Komentar