Hantu!

Sabtu, Juli 11, 2009

Sudah menjadi hal yang lumrah bahwa di pedesaan banyak memedi (hantu), apalagi di jaman dulu saat listrik belum masuk. Hampir tiap hari, di sekolah dan di tempat-tempat umum di desaku ada saja yang bercerita tentang memedi itu. Makanya, walaupun aku ini seorang penakut, namun sudah terbiasa mendengar cerita menakutkan tentang memedi itu dan juga tahu berjenis-jenis memedi yang hidup di sekitar desaku.

Bila kamu mengira memedi hanya muncul di malam hari, maka perlu aku sampaikan, bahwa memedi di desaku itu tidak pernah peduli pada hal itu, mereka bisa saja menampakkan diri di malam atau siang hari. Frekuensi kemunculan mereka di malam hari hanya beda-beda tipis dibandingkan pemunculan mereka di siang hari. Bahkan, kalo kamu mengira bahwa memedi hanya muncul di saat sepi atau saat orang sedang sendirian, itu juga kurang tepat. Karena ada juga memedi yang justru seolah-olah ingin dilihat orang ramai.

Memedi yang paling menghebohkan sepanjang sejarah di desaku adalah memedi oncor (hantu obor). Memedi itu menurut cerita orang-orang tua, muncul beberapa waktu sebelum dan sesudah peristiwa G30S. Pemunculan pertama memedi itu hampir bersamaan dengan penampakan Lintang Gubug Penceng (Bintang Biduk Besar) yang menyala terang dan kelihatan dekat sekali di langit sebelah tenggara. Memedi oncor selalu muncul setelah maghrib, di sebelah selatan desaku. Mula-mula terlihat di tengah sawah sebuah obor yang muncul dari dalam tanah. Kemudian diikuti oleh obor-obor yang lain satu demi satu sampai jumlahnya puluhan-ratusan dan bahkan mungkin juga ribuan. Obor-obor itu kemudian berputar-putar sambil mengeluarkan suara riuh-rendah namun tidak jelas. Kadang mendekat dan kadang menjauh dari desa. Kalo ada penduduk desa yang memberanikan diri mendekati obor-obor itu, anehnya obor-obor itu akan menjauh dan menjaga jarak. Kalo orang-orang yang mendekat itu kembali ke desa, obor-obor itu juga akan mendekat kembali. Sampai menghilangnya hantu obor itu sampai sekarang, tidak ada seorangpun yang pernah tahu bentuk sebenarnya dari memedi itu, kecuali nyala obor di kejauhan dan suara yang riuh-rendah....

Di belakang rumah kakekku, dulu tumbuh sebatang pohon Kolang-kaling (Pohon Aren). Di pohon itulah tinggal mahluk halus yang disebut Wewe Gombel. Wewe itu kalo menampakkan diri, selalu di siang hari dalam bentuk wanita telanjang dada, berambut panjang terurai namun awut-awutan (tak tertata) yang menutupi wajahnya dan berpayudara panjang sampai ke tanah. Disebut Wewe Gombel karena Wewe itu memiliki gombal (kain) yang ajaib. Barang siapa yang bisa memiliki gombalnya si Wewe itu, maka dia akan bisa menghilang dengan cara menutupi kepalanya dengan gombal si Wewe itu. Aku jadi ingat film Harry Potter dengan jubah menghilangnya itu, jangan-jangan jubah Harry Potter itu tak lain adalah gombalnya Wewe yang tinggal di pohon Kolang-kaling belakang rumah kakekku tempo dulu... :-)


Wewe itu biasanya akan menampakkan diri hanya pada anak-anak saja yang kebetulan main-main di dekat situ, konon si Wewe itu menginginkan anak untuk disusui dengan payudaranya yang luar biasa itu. Anak yang sudah disusui Wewe itu akan bisa menghilang dan bergerak secepat angin. Ia juga akan diberi Popok Wewe yang akan menjadikannya selalu beruntung dan kaya raya. Aku atau teman-temanku sering melihat Wewe itu kalo sedang main di belakang rumah kakekku, namun anehnya hanya satu anak saja yang bisa melihat. Kalo sudah begitu ya kami akan lari tungang-langgang. Aku memang terobsesi memiliki kesaktian semacam itu, tapi siapa sih yang mau nyusu ke Wewe itu....

Aku dan teman-temanku juga sering mencari Jangkrik (cengkerik) atau Belut di sawah di malam hari. Kami menggunakan obor untuk penerangan. Awalnya kami akan mencari di persawahan sekitar desa, tapi lama-lama pasti akan makin ke tengah menjauhi pedesaan. Walaupun jarang, cepat atau lambat kami pasti ketemu dengan berbagai memedi. Yang paling sering adalah Keblak, memedi ini tidak berwujud, tetapi hanya berupa suara saja. Suaranya seperti benda jatuh, sangat keras dan terasa dekat sekali: Bluugg!!! atau juga Memedhon yang muncul tiba-tiba di grumbul (semak-semak dengan pepohonan di tengah sawah) dekat sungai.

Saat mencari Jangkrik atau belut di sawah, tidak jarang kami juga melihat Clorot, yaitu seberkas sinar yang terbang meluncur seperti meteor besar dari satu lokasi ke lokasi lainnya di tengah sawah atau tempat angker semacam kuburan tua. Kalo itu sih dapat dipastikan bukan memedi, tetapi Tosan Aji atau Wesi Aji, yaitu senjata pusaka yang ora omah (tidak memiliki tuan). Clorot itu warnanya juga macam-macam. Ada yang merah menyala, ada yang biru kehijauan seperti cahaya bintang, atau juga kuning keputihan yang menyilaukan.

Kata orang-orang tua, Clorot itu kebanyakan adalah senjata pusaka kuno dari jaman kerajaan dahulu kala dan akan selalu berpindah-pindah mencari orang yang tepat untuk disuwitani (diikuti). Sebenarnya tidaklah susah untuk mendapatkan tosan aji itu, cukup bersemedi di malam-malam tertentu di tempat-tempat angker yang biasa terdapat Clorot, dan pasti akan ada salah satu senjata pusaka yang mendatangi. Tapi hati-hati karena senjata pusaka itu bisa datang dalam bentuk apa saja: ular besar, macan, singa, beruang atau bahkan wanita cantik. Kalo kuat menghadapi mereka maka dipastikan mereka akan ikut, tapi kalo kalah: apabila tidak kehilangan nyawa pasti orang itu akan menjadi gila...


Tulisan Terkait :
>>> Kisah Kebon Suwung
>>> Senjata Sakti


0 comments

Posting Komentar